Sabtu, 08 Mei 2010

Suparwono Gagal jadi manusia tertinggi di Dunia




suparwono gagal memecahkan rekor dunia untuk urusan manusia tertinggi di dunia, meski sempat di berikatan kalau pemuda 24 tahun asal lampung tersebut mempunyai berat badan 2.70 M, akan tetapi setelah dilakukan pengukuran secara resmi suparwono hanya menempati posisi 3 dunia, karena pemengang rekor dunia untuk orang paling tinggi mempunyai tinggi bandan 2,47 jadi mas wono masi kalah 5 cm dari rekor dunia,

Harapan Suparwono bisa menembus Guinness World Record kandas sudah. Ternyata tinggi badannya belum mampu melampaui rekor manusia tertinggi di dunia, Sutan Kosen yang tingginya mencapai 2,47 meter. Padahal sebelumnya Suparwono yang asli tulangbawang, lampung ini, digembar gemborkan memiliki tinggi 2,7 meter.

Dalam pengukuran yang dilakukan di Mal Indonesia, Jakarta Utara, 2 desember kemarin, terbukti tingginya hanya 2, 42. Pengukuran yang dilakukan ini disaksikan berbagai media nasional maupun internasional. Museum Rekor Indonesia melakukan pengukuran langsung, baik dalam posisi tegak berdiri maupun tidur.

Akhirnya Suparwono pun harus puas hanya dengan rekor Manusia Tertinggi di Indonesia

berikut ini berita menurut metronews.com

Metrotvnews.com, Jakarta: Suparwono kecewa. Pemuda 24 asal Lampung, itu batal menjadi manusia tertinggi di dunia. Ternyata tinggi badannya masih kalah dibanding Sultan Kosem, manusia tertinggi di jagat ini.

Tinggi Suparwono ternyata hanya 2,42 meter, tidak seperti diberitakan sebelumnya: 2,7 meter. Sementara tinggi Kosem 2,47 meter. Artinya Suparwono kalah tinggi lima centimeter.

Meski gagal menjadi yang tertinggi di dunia, nama Suparwono tetap tercatat sebagai manusia paling tinggi di Indonesia. Namanya kini masuk dalam Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dan pengukuhannya dilakukan di Mall of Indonesia, Jakarta Utara.

Usai menerima rekor MURI, Suparwono mengaku, tak mau larut dalam kekecewaan. Putra pasangan Sugito dan Siti Aisyah itu berharap kekurangannya menjadi sebuah berkah

Selasa, 04 Mei 2010

Ari, Si Manusia Biawak, Butuh Bantuan

Ari, si manusia biawak.
 Pasangan suami istri, Nuradi (30) dan Erna (29) tidak menduga, anak pertamanya memiliki kejanggalan. Anak sulung yang diberi nama Ari, itu memiliki kulit menyerupai ular atau biawak. Meskipun demikian keseharian Ari sama dengan anak-anak lain seusianya.

Yang membedakan Ari dengan anak-anak lainnya hanya pada kulit tubuhnya yang kerap kering. Berbagai upaya telah dilakukan orangtua Ari. Namun karena kendala keuangan, pasangan suami istri itu lebih banyak berharap dari rasa dermawan orang-orang berada.

Kini melalui sebuah sebuah kegiatan di Koja Trade Mal (KTM) yang bertajuk Gebyar Manusia Langka, Ari berharap ada kepedulian dari banyak orang atas keadaan dirinya.

Sarpan (59), kakek Ari yang mendampingi Ari selama kegiatan di KTM, Koja, Jakarta Utara. Dari penuturan Sarpan, terungkap saat ini Ari berusia 12 tahun. Namun saat Ari berusia lima tahun, kedua orangtuanya yang tinggal di Jalan Palem Indah, Pondok Pucung, Pondok Aren, Tangerang, berpisah.

Dituturkan Sarpan, orangtuanya baru menyadari kalau kejanggalan yang ada pada diri Ari itu ada kaitannya dengan ulah Nuradi-Erna, saat Erna mengandung Ari. “Waktu itu usia kandungan Erna baru tiga bulan,” ujar Sarpan.

Pada waktu itu ada seekor biawak yang masuk ke halaman rumah yang ditempati Nuradi-Erna. Oleh Nuradi, biawak itu ditangkap.

Namun waktu itu Nuradi kewalahan untuk bisa mengikat sendiri biawak itu. Akhirnya Nuradi meminta Erna yang mengikat badan dekat kaki belakang biawak itu dengan tambang. “Jadi, yang memegangi biawak itu Nuradi, sedangkan istrinya yang mengikat pinggang biawak itu,” jelas Sarpan.

Setelah menguasai biawak itu, Nuradi pun memperlakukan biawak itu seperti mainan. Biawak yang dalam keadaan terikat di pinggangnya itu dibawa ke mana-mana untuk dipertontonkan kepada para tetangga.

“Malah Nuradi sering membawa biawak itu ke rumah saya,” kata Sarpan yang rumahnya berjarak satu kilometer dari rumah Nuradi-Erna.

Sewaktu Erna melahirkan, wanita ini kaget dan terpukul menyaksikan bayi yang baru dilahirkannya itu memiliki kulit menyerupai kulit ular atau biawa. “Mereka dipertemukan setelah Ari dirawat di rumah sakit itu selama satu bulan,”ungkap Sarpan.

Diakui Sarpan, dengan kondisi Ari, keluarga harus mengeluarkan setiap harinya uang Rp 800.000. Itu pun hanya untuk mengolesi tubuh Ari dengan krim agar tetap lembab. Setiap botol ukuran 100 gram berisi krim itu harganya sekitar Rp 200.000.

Manusia Kera-Ular Raup Untung di Mall

Agus Himawan
Manusia kera, manusia berkulit ular, dan manusia kerdil Kamis (30/70 kemarin menggelar pentas bertajuk 'Gebyar Manusia Langka (GML)' untuk meraup rezeki di Koja Trade Mal (KTM), Koja, Jakarta Utara.
Sebuah ruangan berukuran sangat sempit, yakni 1,5 m x 1,5 m, dengan desain sangat sederhana serta pencahayaan gelap menjadi ajang pentas bagi mereka.
Pengunjung yang menyaksikan pentas itu hanya membayar Rp 6.000. Para pengais rezeki itu adalah Sapta (9) yang dijuluki manusia kera, Wariyat (45) yang biasa dipanggil dengan manusia kerdil karena memiliki tinggi 75 cm, dan Ari (12) alias Tole yang menyebut dirinya sebagai manusia berkulit ular. Ketiganya menempati sebuah etalase dengan lebar dan panjang 1,5 meter dan ditemani keluarganya.
Pada etalase itu hanya ada kipas angin, kotak atau boks untuk uang sumbangan dari para pengunjung, beberapa botol air mineral, serta mainan dan buku gambar bagi Ari dan Sapta.
Selain itu, para pengunjung dapat melihat beberapa hewan kecil yang disebut oleh penyelenggaranya sebagai hewan langka.
"Sejak lahir, saya sudah tidak bisa jalan. Bisanya cuma duduk," kata Wariyat, si manusia kerdil.
Sementara itu, suami-istri Nuradi (30)-Erna (29) tentu tak pernah menyangka anak pertamanya, Ari, sejak lahir mengalami kejanggalan. Ari memiliki kulit menyerupai ular. Meski demikian, keseharian Ari sama dengan anak-anak lain seusianya. Yang membedakan Ari dengan anak-anak lainnya hanya pada kulit tubuhnya yang kerap kering.
Berbagai upaya telah dilakukan orangtua Ari. Namun karena kendala keuangan, mereka lebih banyak berharap kepada para dermawan dan orang-orang berada. Dengan menggelar pentas di KTM, Ari berharap ada kepedulian dari banyak orang atas keadaan dirinya.
Sarpan (59), sang kakek yang mendampingi Ari selama di KTM, mengatakan cucunya itu sudah berusia 12 tahun. Saat Ari alias Tole berusia lima tahun, kedua orangtuanya yang tinggal di Jalan Palem Indah, Pondokpucung, Pondokaren, Tangerang, berpisah.
Dituturkan Sarpan, orangtuanya baru belakangan menyadari kalau kejanggalan yang dialami Ari itu ada kaitannya dengan ulah mereka.
Saat Erna mengandung Ari tiga bulan, ada seekor biawak yang masuk ke halaman rumah mereka. Oleh Nuradi (ayah Ari), biawak itu ditangkap. Namun, waktu itu Nuradi kewalahan untuk mengikat sendiri biawak itu.
Akhirnya dia meminta Erna yang mengikat badan dekat kaki belakang biawak dengan tambang. "Jadi, Nuradi memegangi biawak, sedangkan istrinya mengikat pinggang biawak itu," urai Sarpan.
Setelah menguasai biawak, Nuradi pun memperlakukannya seperti mainan. Biawak yang dalam keadaan terikat pinggangnya itu dibawa ke mana-mana untuk dipertontonkan kepada para tetangga.
"Malah Nuradi sering membawa biawak itu ke rumah saya," kata Sarpan yang rumahnya hanya berjarak satu kilometer dari rumah Nuradi-Erna.
Dikatakan Sarpan, ketika itu keluarga belum menyadari akibat yang mungkin akan ditanggungnya. Sampai akhirnya anak pertama pasangan Nuradi-Erna lahir.
Pada waktu si jabang bayi lahir, Erna tidak mengetahui bahwa buah hatinya itu memiliki kelainan. Waktu itu Erna dirawat di Rumah Sakit (RS) Muhamadiyah Jakarta Utara, sedangkan bayinya yang baru lahir langsung dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita. "Mungkin karena ada kelainan itu Ari langsung dibawa ke Harapan Kita," ujar Sarpan.
Setelah keduanya sehat, ibu dan bayinya itu dipertemukan. Waktu itu Erna shock menghadapi kenyataan bayinya berkulit menyerupai ular.
"Mereka dipertemukan setelah Ari dirawat di rumah sakit sebulan," ungkap Sarpan.
Diakui Sarpan, dengan kondisi Ari seperti itu, keluarga harus mengeluarkan biaya setiap harinya Rp 800.000. Itu pun hanya untuk mengolesi tubuh Ari dengan krim agar tetap lembap. Setiap botol ukuran 100 gram berisi krim itu harganya sekitar Rp 200.000.
[ dikutip dari warta kota edisi jumat 31juli 2009]
 

Tampilkan Makhluk Langka dan Unik

Pameran Langka Tapi Nyata di Mall Puncak
Tampilkan Makhluk Langka dan Unik


Bangka Pos/Khamelia
SALAMI PENGUNJUNG - Firman, anak mini menyalami pengunjung yang datang pada Pameran Langka Tapi Nyata di Mall Puncak Pangkalpinang, Selasa (31/3). Pameran berlangsung hingga 26 April 2009 menghadirkan bocah lucu berusia 12 tahun dengan tinggi 49 cm dan berat 9 kg.
PANGKALPINANG, BANGKA POS -- Makhluk langka yang memiliki keunikan dan melahirkan aura mistis, kerap dipertunjukkan di pameran-pameran manusia langka. Seperti kini yang sedang berlangsung di Puncak Mall Pangkalpinang, lantai dasar parkir basement, 28 Maret-26 April 2009.
Gebyar manusia langka tersebut menampilkan Tebo anak genderuwo, Firman anak mini, ular sanca kuning bersisik emas, kambing berkepala dua, kera putih hanoman, Jagur manusia raksasa dan jenglot batara karang.

“Ini merupakan pameran perdana kita di Pulau Bangka yang berlangsung selama satu bulan,” kata Ketua Pameran, Saidi kepada Bangka Pos Group, Selasa (31/3).

Sebelum hadir di Bangka, pameran langka tapi nyata ini telah melanglang buana di seluruh Indonesia. “Hampir 90 persen daerah di Indonesia telah kita singgahi,” ujar Saidi.

Untuk menyaksikan pameran tersebut, Anda cukup membayar Rp 10.000. Bagi yang ingin berfoto bareng para manusia langka dipungut biaya Rp 50.000.

Beberapa pengunjung yang menonton sangat antusias menyaksikan Tebo anak genderuwo. Meski tampak menyeramkan namun manusia berwajah dua tersebut tidak sungkan berbicara dengan para pengunjung yang coba bertanya kepadanya. Bahkan banyak pengunjung penasaran dan ingin bersalaman dengan Tebo.

“Selain Tebo, pengunjung paling antusias melihat Firman anak mini,” kata dia.

Firman anak mini memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan tinggi 49 cm dan berat 9 kilogram,. padahal usianya 12 tahun. Adapula Jagur manusia raksasa dengan tinggi 2,5 m serta berat 149 kilogram. Sarapan pagi, Jagur menghabiskan tujuh bungkus mie dan setengah kilogram telur.

Salah satu benda langka yang menjadi pusat perhatian adalah Jenglot atau batara karang. Beberapa paranormal di Indonesia meyakini, jenglot merupakan titisan dari makhluk gaib yang memiliki kekuatan magis. Karenanya, benda yang berbentuk mumi ini sering digunakan sebagai media supranatural oleh paranormal.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More