Senin, 30 Mei 2011

perjalanan sang DRUPADI menghantar DARMA ( bagian 2 )

perkawinan drupadi

 Inilah pilihan hidup yang dijalani Drupadi mencari laki-laki sempurna. Dalam suatu kesematan Khrisna menjawab Drupadi atas pertanyaan yang menggelisahkan hatinya. Atas keinginannya untuk memenuhi kemauan ayahandanya mencari sosok laki-laki sempurna, atas pertanyaan dalam hatinya apakah kakaknya Drestadyumna belum cukup sempurna, dan atas semua pertanyaan yang tidak terungkapkan dalam kata-kata tetapi dimengerti sri Khrisna.

Tibalah waktunya bagi Drupadi untuk memiliki calon suami. Suami yang tentunya gagah perkasa dan kuat seperti keingingan ayahnya Drupada. Raja Drupada mengadakan sayembara memanah. Barangsiapa dapat memanah suatu sasaran dengan tepat lima kali berturut-turut dialah calon suami Drupadi.

Sayembara ini diikuti oleh seluruh kesatria dari berbagai negeri dan kerajaan. Tidak kalah ketinggalan putera-putera Korawa dari Hastina, dan para Pandhawa yang tengah menyamar sebagai brahmana karena pada waktu itu Pandhawa sedang dalam masa pembuangan. Para peserta sayembara mencoba mengangkat busur, memasang anak panah dan membidik sasaran. Sasaran ditempatkan dalam posisi yang terus berputar sehingga sulit bagi peserta untuk membidik dengan tepat. Hampir semua peserta gagal. Karna adalah seorang peserta yang berhasil memanah dengan tepat mengenai sasaran, tetapi Drupadi menolak karena Karna hanya putera seorang kusir bukan dari golongan kesatria. Karna, sakit hati tapi tak dapat berbuat apa-apa. Para peserta menggerutu dan menganggap sayembara itu hanya permainan karena sulit bagi peserta untuk membidik dengan tepat.

Akhirnya tampilah seorang brahmana muda yang atas persetujuan Drupada diizinkan mengikuti sayembara. Brahmana muda yang tidak lain adalah Arjuna, berhasil memanah dengan tepat mengenai sasaran lima kali berturut-turut bahkan sasaran sampai terjatuh.

Bersoraklah seluruh peserta dan raja Drupada atas keberhasilan brahmana muda itu, meskipun beberapa kesatria memprotes tindakan raja Drupada yang mengizinkan brahmana ikut sayembara. Keributan tak dapat dihindari, Arjuna dan Bima bertarung dengan kesatria yang melawannya sedangkan Yudistira, Nakula, dan Sadewa pulang menjaga ibunda mereka Kunti, Khrisna yang turut hadir dalam sayembara tersebut tahu siapa sebenarnya para brahmana yang telah mendapatkan Drupadi dan ia berkata kepada para peserta bahwa sudah selayaknya para brahmana tersebut mendapatkan Drupadi sebab mereka telah berhasil memenangkan sayembara dengan baik.

 
Panah Brahmasta Jemparing Sukma Sang Maha Cinta


Drestadyumna yang curiga dengan brahmana muda itu mengikuti dari belakang kemana perginya brahmana itu dan dibawa kemana adiknya. Dan setelah tahu bahwa brahmana muda itu adalah Arjuna maka legalah hatinya, karena Drupadi berada pada orang yang tepat dan dilaporkannya hal itu pada ayahandanya Drupada. Raja Drupada yang mendengar hal ini menjadi lega, karena jalan untuk membalaskan dendamnya sudah terbuka. Kini ia dapat menguasai Arjuna dan para Pandhawa untuk membalas sakit hatinya pada Drouna.
Setelah keributan usai, Arjuna dan Bima pulang ke rumahnya dengan membawa serta Drupadi. Sesampainya di rumah didapatinya ibu mereka sedang tidur berselimut sambil memikirkan keadaan kedua anaknya yang sedang bertarung di arena sayembara. Arjuna dan Bima datang menghadap dan mengatakan bahwa mereka sudah pulang serta membawa hasil meminta-minta. Kunti menyuruh agar mereka membagi rata apa yang mereka peroleh. Namun Kunti terkejut ketika tahu bahwa putera-puteranya tidak hanya membawa hasil meminta-minta saja, namun juga seorang wanita. Kunti tidak mau berdusta maka tak pelak lagi Drupadi pun menjadi istri dari kelima anaknya, dengan catatan masing-masing digilir satu tahun dan selama itu masing-masing tidak boleh saling memergoki saudaranya yang sedang berdua dengan Drupadi. Keputusan ini ditaati oleh putera-putera Kunti. Dan mereka tidak pernah membantah kata-kata ibundanya.
Drupadi tertegun. Sejenak tak dapat berkata-kata. Kegamangan, kerisauan dan sejuta rasa dan pikiran menerawang jauh entah kemana, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Rasa senang dan puasnya karena dia berhasil menyanding Arjuna, berubah menjadi tidak karuan ketika menghadapi kenyataan bahwa ia harus menjadi isteri dari kelima Pandhawa. Artinya dia harus membagi cinta, kasih sayang dan pengabdian kepada lima lelaki yang tentunya berbeda karakter dan pembawaannya, dengan cukup adil dan membahagiakan. Sanggupkah ia melakukan semua ini. Terbersit kengerian, ketakutan dan kegelisahan, disamping juga rasa puas dan bangga memiliki lima lelaki dalam hidupnya, yang mungkin jarang bisa didapat dan dilakukan oleh seorang perempuan.


Terbersit pertanyaan dalam hatinya apakah ini terkabulnya permohonannya kepada dewata agung untuk memiliki suami yang sempurna, ataukah kutukan atas permintaannya. Tetapi sejuta tanya itu disimpannya dalam hati, kekagumannya kepada ibunda Kunti menguatkannya untuk menjalani semua ini dengan baik. Apalagi budi pekerti kelima putera Pandhu ini sangat menawan hati. Mereka sehati dan tidak pernah bermusuhan, selalu akur, segala perkara bisa diselesaikan dengan baik. Dan inilah yang menguatkannya untuk berani menjalani takdirnya memiliki lima suami. Inilah Drupadi dan inilah jalan hidupnya. Inilah Drupadi yang lahir dari api suci, lahir dari dendam untuk mengakhiri dendam baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan memutus mata rantai dendam yang tak berkesudahan, dan mengembalikan roda dharma pada tempatnya, dengan menanggung jalan hidupnya. Disamping mengikuti dendam ayahnya Drupadi juga perempuan yang punya perasaan terhadap lelaki.
Dalam suatu kesempatan Khrisna menjawab pertanyaan Drupadi:
Permohonan Drupadi di kabulkan dewata agung tetapi karena
manusia memang tidak ada yang sempurna maka takdir Drupadi
harus menikah dengan 5 orang pria yang masing-masing mewakili kesempurnaan
(Yudisthira = kebijaksanaan, Bhima = Kekuatan, Arjuna – Keterampilan, Nakula =
Kecakapan Fisik, Sadewa = Kecerdasan ) dan takdir ini mengambil jalan melalui
ucapan Kunti yang mengatakan “bagilah dengan saudara-saudaramu”




akhir dari kehidupan para ksatria pandawa dan tujuan akhir yang dicari dalam kehidupannya:
 pada hari yang telah ditetapkan, para Ksatria Pandawa bersama Drupadi meningalkan istana dengan perasaan pilu diiringi isak tangis keluarga dan rakyatnya. Tidak sepotong pun harta dunia yang dibawa, bahkan pakaian pun terbuat dari kulit. Ketika mereka keluar dari istana seekor anjing mengikuti dari belakang. Mereka berjalan ke arah timur masuk hutan keluar hutan, kemudian berbelok ke selatan dan akhirnya sampai di pegunungan Himawan (Himalaya) yang di situ terbentang alam terbuka gurun pasir yang terhampas luas sejauh mata memandang. Gurun itulah yang akan mereka tempuh. Setelah bersemadi beberapa saat, mulailah mereka memasuki istana alam di bawah teriknya sinar matahari menyengat sekujur badan


bersambung 

sumber : sangkan paraning dumadi 

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR TERBAIK ANDA SETELAH MEMBACA ARTIKEL DIATAS
DAN JUGA ANDA AKAN MENDAPATKAN BACKLINK OTOMATIS

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More